Details
Unduh Docx
Baca Lebih Lajut
Guru mana pun yang datang, siapa pun yang berbuat baik, akan difitnah. Kalian tidak tahu berapa banyak saya difitnah selama bertahun-tahun ini, baik secara pribadi maupun secara terbuka. Tetapi para Guru sudah tahu – Mereka harus menanggungnya. Bahkan belum berbicara tentang Keguruan atau apa pun.Seperti, misalnya, dalam agama Buddha, belakangan ini, jika seseorang menyukai seorang biksu terutama karena dia menampilkan suatu prinsip, maka mereka mulai tidak menyukai biksu-biksu lain yang lebih normal – melakukan pekerjaan yang biasa saja dan menjadi biksu yang biasa, tidak terlalu menekankan atau menunjukkan kesucian atau ketaatan pada prinsip, misalnya. Kemudian kedua kelompok pengikut ini akan memiliki masalah di antara satu sama lain – bahkan sampai pada kekerasan, pergi ke wilayah kuil lain, kompleks lain, dan memukuli para biksu dan bahkan biksuni tua, hanya karena mereka menyuarakan pendapat mereka tentang biksu lain yang mereka ikuti.Semua orang mengikuti orang lain! Dan bahkan biksu itu, mungkin dari luar dia tampak suci, tapi siapa yang tahu apa yang ada di dalam dirinya, apa motif dan niatnya, dan seberapa banyak pengetahuan, kebijaksanaan, yang dia miliki – berapa banyak pencerahan yang telah dia peroleh. Mungkin tidak ada. Hanya penampilan luar saja. Dan mungkin para biksuni dan biksu lain yang mengkritik mereka yang disebut biksu “suci” ini memang suci! Itu hanya cara mereka melakukan pekerjaan mereka. Jadi mereka (para pengikut) tidak seharusnya memukuli sisi lain dari keyakinan dan memecah belah ajaran Buddha, membuatnya lemah. Kemudian jangan pergi ke wihara mereka dan mengejar lainnya yang disebut biksu “suci” itu – Anda bisa, Anda boleh melakukannya, tetapi Anda tidak boleh meninggalkan guru-guru Anda yang terdahulu begitu saja.Dia melakukan apa yang dia bisa. Dia mengorbankan hidupnya. Dia tidak memiliki keluarga, istri dan anak-anak sebagaimana Anda menikmati hidup Anda. Dan dia makan lebih sederhana; dia hanya mengenakan pakaian sederhana, hanya punya beberapa pasang pakaian, dan tinggal di tempat yang sederhana – bahkan di kuil, kamar kecil atau semacamnya. Dia “membuang” hidupnya, semua kesenangan di sekelilingnya, untuk menjadi seorang biksu. Mungkin dia bukan seorang biksu yang hebat, tetapi setidaknya dengannya, Anda telah belajar untuk mengingat ajaran Buddha. Dia mengajari Anda apa yang dia bisa. Dan jika Anda merasa dia tidak cukup baik, maka Anda dapat mencari biksu atau guru yang lain, tentu saja. Tetapi jangan kembali dan melempari guru lama Anda dengan batu atau tomat karena dia mengetahui lebih sedikit atau tidak menunjukkan disiplin yang cukup sesuai dengan keinginan Anda! Itu adalah kekerasan terhadap ajaran Buddha. Sang Buddha tidak akan pernah menginginkan pengikut-Nya untuk memukuli pengikut yang lain.Karena Anda juga makhluk biasa; Anda tak tahu mana biksu yang suci dan mana biksu yang tidak suci. Terkadang beberapa biksu berniat baik di dalam hati, tapi mereka mungkin mengucapkan kata-kata yang salah saat berbicara. Mungkin bukan ceramah yang direncanakan, tidak ada telepanduan seperti yang dimiliki beberapa orang kaya. Saya tidak memilikinya saat ini. Saya pernah memilikinya, beberapa kali. Namun hal-hal yang saya katakan terkadang keluar dari naskah. Dan saya tidak suka menyiapkan naskah kecuali untuk beberapa... Tidak, saya tidak melakukannya. Lagi pula, hanya beberapa kali ketika mereka menyiapkannya. Saya tidak melakukan itu; saya hanya berbicara. Seperti sekarang, saya berbicara dalam kegelapan, secara alami, apa pun yang datang. Karena itu datang dari hati saya, dari jiwa saya, dari cinta saya yang sangat-sangat besar kepada Anda semua, meskipun Anda tak mengenal saya. Banyak yang tidak mengenal saya, dan saya tidak mengenal banyak orang – tidak secara fisik. Tetapi saya mengenal semua jiwa Anda. Saya tahu Anda menyukai kebahagiaan. Saya tahu Anda ingin pulang, bahkan jika pikiran Anda menghentikan Anda, menipu Anda. Bahkan maya dari dunia ini, yang menguasai planet ini, berusaha keras untuk memisahkan Anda dari Rumah asli Anda, dari niat dan aspirasi mulia asli Anda. Cobalah untuk kembali. Luangkanlah waktu untuk mengingat cita-cita awal Anda dan mengapa Anda datang ke sini, dan mohonlah pada Tuhan untuk membimbing Anda kepada seorang guru. Jika Anda tak bisa menemukannya sendiri, mintalah kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh, tulus, mati-matian, untuk membawakan Anda seorang guru.Dan sekarang kita kembali ke medan perang para biksu. Banyak agama berperang melawan agama lain. Dan di dalam suatu agama, terkadang mereka saling bertengkar. Juga, di masa Sang Buddha, sepupu-Nya, juga seorang murid, dan bahkan seorang saudara ipar, menentang-Nya, bahkan ingin membunuh-Nya. Dia hanya menyebarkan kepada orang-orang lain bahwa dia “lebih berdisiplin” daripada Buddha, lebih asketik dan sebagainya. Sungguh suatu hal yang bodoh!Beberapa orang makan tiga, empat kali sehari, dan mereka tetap tercerahkan. Sebagian orang tidak makan sama sekali dan tidak tercerahkan. Seperti Buddha, ketika Dia hanya makan tiga, empat biji wijen sehari dan minum sedikit air, Dia belum tercerahkan saat itu. Hingga Dia menyadari bahwa itu salah, kemudian Dia berbalik arah, hidup normal di jalan tengah – jadi makan sekali sehari, tetapi dengan baik, kemudian berlatih dengan cara yang berbeda – kemudian Dia menjadi tercerahkan.Tetapi Buddha telah mempelajari banyak hal selama masa pertapaan dan juga sesudahnya. Dia punya banyak waktu; Dia sendirian, dan Dia belajar banyak hal. Ada beberapa metode untuk belajar bagaimana membaca kehidupan lampau Anda, metode untuk belajar bagaimana membaca pikiran orang lain; ada metode untuk belajar bagaimana berjalan di atas air; ada cara-cara untuk belajar cara terbang di udara. Buddha menguasai beberapa di antaranya – terbang di udara. Jadi, terkadang, jika terlalu lama dan terlalu merepotkan, Dia akan terbang bersama beberapa murid-Nya ke rumah yang mengundang mereka untuk makan siang. Hal ini tercatat dalam sutra-sutra. Jika Anda tidak percaya pada saya, periksalah. Dan Dia punya kemampuan untuk membaca pikiran orang dan kembali ke kehidupan lampau-Nya sendiri dan juga orang lain. Dan Dia mampu melakukan banyak hal lain. Karena Dia telah mempelajari semua itu bahkan sebelum Dia tercerahkan, dan sebagian lagi setelah pencerahan. Dan beberapa juga datang secara alami bersama pencerahan, seperti Anda dapat mendengar jarak jauh, Anda dapat melihat jarak jauh.Dan belakangan ini, beberapa orang masih memiliki kekuatan-kekuatan gaib tersebut. Mereka juga dapat menghilang; mereka dapat terbang di udara – bahkan masih bisa melakukan itu! Beberapa melakukannya terang-terangan. Kebanyakan tidak menunjukkannya. Hanya saja, terkadang mereka melakukannya dan secara tak sengaja orang lain melihat dan memotretnya. Saat ini, Anda bisa memotret, Anda bisa menyimpan apa saja, Anda bisa menunjukkan apa saja karena Anda punya teknologi tinggi. Tapi, setidaknya beberapa ratus orang masih mempraktikkan semua jenis sihir yang bermanfaat seperti itu untuk kenyamanan mereka sendiri. Dan juga, mereka tidak perlu makan apa-apa lagi. Tapi tidak banyak yang bisa Anda temui. Mereka bersembunyi. Para Buddha meninggalkan lebih banyak sutra tentang bagaimana mempelajari semua jenis sihir ini juga.Ketika Dia (Buddha) masih hidup dan banyak orang yang mengikuti-Nya sebagai biksu, mereka juga memiliki semua jenis kekuatan magis seperti terbang bersama-Nya, menembus batu, dan hal-hal seperti itu. Jadi, suatu ketika, salah satu biksu pengikut Buddha sedang duduk di depan ashram tempat Buddha tinggal pada saat itu bersama sekitar seribu biksu. Dia sedang memperbaiki jubahnya (kāṣāya); pakaian luar para biksu. Dan salah satu Raja datang dan ingin mengunjungi Buddha tetapi Dia tidak tahu di mana Buddha berada. Jadi, Dia bertanya kepada biksu yang sedang memperbaiki pakaiannya, “Bisakah kamu pergi dan melihat di mana Buddha berada dan mengumumkan kepada Buddha bahwa saya datang untuk mengunjungi-Nya?” Maka biksu itu pun berjalan menembus batu dan masuk ke dalam untuk menemui Sang Buddha. Kemudian, Sang Buddha menemui Raja itu. Raja itu sangat terkesan dan bertanya kepada Sang Buddha, “Siapakah itu?” – biksu yang sedang duduk di luar memperbaiki jubahnya (kāṣāya), itu adalah sebutan khusus untuk pakaian yang dipakai para biksu. Setelah upacara resmi menjadi biksu, mereka mengenakan jubah khusus (kāṣāya).Maka Buddha berkata, “Ah, dia adalah salah satu pembersih tinja, mengikuti saya dan menjadi seorang biksu.” Raja itu sangat, sangat malu dan merasa sangat menyesal. Karena ketika orang-orang ini ingin menjadi biksu dan menjadi biksu atas izin Buddha, banyak orang memfitnah mereka, mengolok-olok mereka, menolak mereka, mengatakan, “Oh, mereka hanya datang untuk makanan, kekayaan dan ketenaran.” Tapi itu tidak benar. Dalam waktu singkat, mereka belajar segala macam hal dari Sang Buddha dan berjalan menembus batu besar untuk pergi ke sisi lain dari batu besar itu dengan cara yang lebih cepat daripada harus melalui jalan yang resmi. Raja itu sangat terkejut dan terkesan. Memang seperti itu. Banyak orang yang mengikuti Buddha pada waktu itu bukanlah orang kaya dan terkenal atau apa pun.Dan bahkan istri dari Mahākāśyapa pun, bagaimanapun Mereka tidak pernah memiliki keintiman, Dia mengikuti-Nya untuk menjadi seorang biksuni. Seperti, pada awalnya, karena Dia masih baru, maka Mahākāśyapa mengurus-Nya. Dia membawakan makanan untuk-Nya dan Mereka makan bersama-sama. Kemudian orang lain bergosip dan memfitnah, segala macam hal. Jadi kemudian Mereka berpisah; Mereka tidak makan bersama lagi, dan Mereka mengurus diri mereka masing-masing, sendirian, contohnya seperti itu. Menjadi seorang wanita di dekat para biksu dan memiliki mantan suami yang membawakan makanan untuk Anda dan bersikap baik kepada Anda... Itu karena Mereka nyaman bersama-sama! Mereka adalah suami istri, tetapi Mereka berpisah demi tujuan yang mulia. Ini tidak berarti bahwa Mereka seharusnya berpisah dan memandang satu sama lain seperti orang asing atau apa pun, karena Mereka tidak pernah berbuat salah terhadap satu sama lain, dan tetap tidak!Tetapi manusia tetaplah manusia, dan kita selalu memiliki masalah. Mereka selalu melihat hal-hal luar, tindakan luar, dan tidak melihat ke dalam untuk mendapatkan pencerahan atau status orang suci itu. Bahkan jika mereka ingin, mereka tidak bisa karena sebagian besar umat manusia telah kehilangan segalanya. Mereka turun dari Surga sejak waktu yang sangat, sangat, sangat lama, dan mereka terus kehilangan, kehilangan. Dan sesekali, mereka mendapatkan kembali keutuhan mereka, tetapi itu tidak berarti mereka dapat tercerahkan dan menjadi makhluk Surgawi lagi. Jadi, penilaian mereka tumpul. Mata mereka semua buta, meskipun semuanya terbuka. Telinga mereka semua tuli, meskipun mereka masih bisa mendengar Anda berbicara. Tetapi mereka tidak mendengar hal-hal yang sejati dari dunia di dalam, dari dunia sejati. Mereka tidak melihat hal-hal yang sejati dari dalam. Di dalam diri mereka, mereka memiliki dunia sejati, seluruh Alam Semesta, tapi mereka tidak melihat apa-apa, mereka tidak mendengar apa-apa.Photo Caption: Asal yang Rendah Hati, Masih Bisa Berada di Rumah Megah.